Senin, 25 Agustus 2008
Mengharapkan muslimin yang adem di Natuna
Seiring berkembangnya zaman,daerah terpencil akhirnya mulai tersentuh pembangunan. Dulu Natuna atau lebih dikenal dengan sebutan Pulau Tujuh kurang dikenal seperti saat ini,namun lain halnya sekarang setiap pasang mata mulai melirik daerah ini,isolasi terhadap daerah ini telah copot,sangat mudah bagi siapa saja yang hendak datang ke Natuna. Transportasi semuanya ada, baik laut maupun udara kecuali transportasi darat menuju Natuna.
Dulu mau keluar dari Natuna harus menunggu seminggu,dan kalau menginginkan tujuan tertentu seperti mau ke pontianak kita harus menungu dua minggu sebab kapalnya punya dua tujuan Pontianak dan Tanjung Pinang,minggu ini ke Tanjung Pinang minggu depan ke Pontianak Tapi sekarang alhamdulillah keadaan itu telah berubah samasekali.
Tentunya dengan akses yang lebih mudah seperti saat ini,disamping daya tarik Natuna yang kuat,-siapa yang tak tertarik setelah membaca logo "RANTAU BERTUAH"-banyak pendatang yang berkunjung baik secara pribadi untuk mengadu nasib maupun datang secara formal dengan tujuan membuka berbagai cabang,ada prusahaan,ada ormas dan orgaman(organisasi keagamaan).
Natuna sekarang sudah majemuk hampir semua yang dikota ada dinatuna,natuna sudah prural hampir semua paham yang ada di daerah lain dapat ditemukan di Natuna.
Untuk itu masyarakat Natuna harus siap menerima setiap perbedaan,baik paham agamis maupun adat dan budaya. Muslim Natuna dulunya hanya terdiri dari golongan Sunny, itupun dari paham Asya'iroh yaitu pengikut Imam Abu Hasan Al-Asy'arie,hal itu jelas sekali! orang tua-tua kita pasti menegenal sifat dua puluh yang dikarang oleh Sang imam tersebut. Pelajaran sifat dua puluh merupakan hal yang wajib dipelajari agar kita mengenal tuhan kita yaitu Allah swt lewat sifat-sifatnya yang dua puluh tersebut karena kita tidak mungkin alias mustahil mengenal Allah dari Dzatnya. Yang mengetahui hakikat dzat Allah hanya Allah swt sendiri.
Muslim Natuna itu dulunya bercirikan NU(nahdlotul ulama) meskipun organisasi ini baru-baru sekarang secara formal masuk Natuna. I'tiqod(kpercayaan) orang Natuna dulunya seperti kepercayaan orang NU,itu bisa kita lihat dari tradisi tahlil,barzanji,beghedoh,hol(haul/kenduri) dsb,ini semua adalah tradisi yang juga dimiliki orang-orang NU. Kesamaan antara tradisi orang natuna dengan tradisi NU ini disebabkan sama-sama mengikuti paham Asya'iroh mekipun NU secara formal juga mengikuti Imam Abu Manshur Al-maturidy. Tapi tetap saja yang dominan adalah paham Asya'iroh. Kedua imam ini disebut imamnya alusunnah wal jama'ah.
Saat ini Natuna tidak hanya punya paham Asya'iroh,berbagai paham sedikit demi sedikit mulai merambah daerah ini. Muhammadiyyah yang merupakan paham pembaharuan dalam islam sudah ada di Natuna. Paham yang merupakan titisan dari pemikiran Imam Muhammad Abduh dari mesir ini sudah punya cabang di Natuna. Mungkin masih banyak paham yang lain seperti wahhaby atau yang tren dengan sebutan salafy saat ini sudah ada di Natuna, karena kami sudah lama tidak pulang kampong maka kami kurang mengetahui akan perkebangan Natuna secara real,kami hanya mampu mencerna apa yang diberitakan di Koran-koran.
Dari segi tashowwuf atau kebatinan masyarakat Natuna mengikuti paham Imam Junaidy al- Baghdady. Imam ini memang menjadi panutan dalam dunia tashowwuf oleh semua thoriqoh(tarikat),jadi orang yang berpaham Asya'rioh pasti kiblat tashowwufnya ke Syekh Junaidy al-Baghdady ini. Tashowwuf di Natuna dipenuhi oleh nuansa thoriqot yang berbeda-beda namun tidak terlalu kelihatan. Diantara tarikat itu yang ada di Natuna seperti Naqsyabandiyyah,Qodiriyyah,Sythoriyyah dll. Itulah wajah islam Natuna dalam hal kebathinan.
Lain lagi dengan Wahhaby, mereka tidak mengenal yang namanya thoriqot,mereka cendrung menerapkan sisi tashowwuf tanpa memasuki thoriqot tertentu,mereka lansung mempraktekkan dari hadits nabi saw, misalnya dalam hal sabar dan ikhlash maka tuntunan itu mereka langsung ambil dari hadits dan al-qur'an. Pengikut thoriqot juga mengambil dari hadits dan AL-Qur'an Cuma bedanya toriqot ini lebih spesialis dalam hal itu karena yang mereka urus memang segi kebathinan saja, sedangkan mengenai hukum luar seperti sholat,zakat dll mereka mengukuti mazdhab empat. Dari sini tentunya mereka lebih teliti dalam memahami berbagai hadits yang berbicara masalah kebathinan sebelum diamalkan.
Dari segi fiqh masyarakat natuna memenganngap mereka hanya mengikuti mazdhab Syafi'I,walalupun kebanyakan prakteknya mengikuti mazdhab Syafi'I tapi secara tidak sadar dalam beberapa hal mereka juga mengikuti tiga madzhab lainnya yaitu Hanafi,Maliki,dan Hanbali. Sebagai contoh adalah tentang membaca sebuah ayat dalam al-qur'an kemudian dihadiahkan pada orang yang telah meninggal menurut Imam Syafi'I pahala membaca ayat tersebut tidak sampai pada simayyit(orang yang sudah meninggal),sedangkan masyarakt Natuna sering mempraktekkan hal ini seperti pada pembacaan doa ketika kenduri.
Paham-paham yang berbeda tesebut kerap terlibat cek-cok saling menyalahkan ,membid'ahkan bahkan sampai mengkafirkan padahal otoritas ini secara bathin hanya dimilki oleh Allah swt baca tulisan sebelumnya tentang batasan kafir disini.
Karena Natuna saat ini sudah majemuk,berbagai aliran sudah masuk dan barangkali paham yang lain mulai antri mau masuk maka kita harus siap untuk berlapang dada menerima setiap perbedaan. Jangan sampai daerah kita tercinta ini menjadi ladang pertikaian seperti yang dialami daerah lain. Jangan sampai Cuma gara-gara masalah khilafiyyah kita menghalalkan darah sesama muslim. Kita harus tau bahwa para ulama terdahulu juga saling berbeda pendapat tapi mereka tidak pernah saling bermusuhan apalgi sampai mengahalakan darah.
Janganlah kita terlalu mempermasalahkan siA yang tidak baca Qunut dalam sholat shubuh misalnya atau Cuma sholat tarawih sebanyak delapan roka'at.kalau kita masih mengurus masalah itu kapan majunya. Hal seperti itu sudah dibicarakan semua oleh ulama dalam kitab-kitab mereka silahkan kita membaca kitab-kitab tersebut,pasti tidak ditemukan disana seorang ulama mengkafirkan orang yang tidak baca Qunut.
Kita rindu akan muslim yang adem,penuh toleransi di Natuna,muslim yang penuh pertimbangan dalam menghadapi segala hal,bukan muslim yang pemarah yang gegabah dalam menyelsaikan permasalahan.
Karena riak-riak pertikaian itu belum muncul di daerah kita,maka mari kita jaga suasana yang kondusif ini bersama,mari kita tunjukkan pada dunia luar bahwa Natuna adalah daerah yang aman,adem,penuh toleransi, dan masyarakat Natuna adalah orang yang selalu bersikap dewasa dalam mengahdapi setiap permasalahan,muslim Natuna adalah muslim yang paham makna islam sebenarnya yaitu islam sebagai rohmat bagi alam semesta ini.